Sempat beredar berita tentang kematian 95 penderita gizi buruk di
Distrik Kwor, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat, awal April 2013. Namun,
akhirnya dibantah oleh Kementerian Kesehatan RI setelah mengirimkan tim
investigasi di wilayah Distrik Kwor seminggu kemudian.
Data yang benar, dua ibu hamil meninggal karena anemia, panas
tinggi dan batuk dari Oktober 2012 hingga Maret 2013. Selain itu, 3 anak
meninggal dengan gejala panas tinggi dan batuk. Sisanya 10 orang
meninggal dengan diagnosis yang tidak jelas.
Terlepas dari pemberitaan tersebut, masalah gizi buruk atau
malanutrisi memang merupakan isu yang menyesakkan di era modern yang
mana aneka menu tersedia untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi keseharian.
Memang di era modern pemunculan malanutrisi dalam wujud kekurangan
asupan makronutrien (marasmus dan kwashiorkor) sudah menurun
prevalensinya. Sebaliknya, malanutrisi terselubung berupa kekurangan
mikronutrien vitamin dan mineral, diantaranya anemia defisiensi zat
besi dan defisiensi vitamin B12, justru tidak jarang menjadi penyebab
merosotnya kualitas fisik dan daya tahan tubuh terhadap serangan
penyakit infeksi.
Anemia defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia di dunia,
terkhusus melanda wanita usia reproduksi. Selain itu akibat kehilangan
darah saat menstruasi dan peningkatan kebutuhan zat besi selama
kehamilan. Anemia jenis ini dapat melanda anak berusia di bawah 2 tahun
lantaran hanya diberi makan susu. Juga pada individu yang semata
mengonsumsi sayuran dan umbi-umbian.
Dalam diet orang normal terkandung sekitar 15 miligram zat besi,
namun hanya 1-2 miligram saja yang diabsorpsi oleh usus halus. Namun,
pada wanita kehilangan hingga 28 miligram zat besi tiap menstruasi.
Meskipun, kehilangan darah karena haid berhenti selama hamil, kebutuhan
zat besi harian tetap meningkat lantaran terjadi peningkatan volume
darah ibu selama kehamilan, serta untuk pembentukan plasenta dan janin.
Penyandang anemia defisiensi zat besi yang parah memiliki kadar
hemoglobin sekitar 6 gr/dL darah. Manifestasi gejala berupa rambut yang
rapuh, kuku yang mudah patah, radang lidah (glositis) dan sering luka
pada sudut mulut. Pengobatan berdasarkan penyebab yang melatari. Untuk
usia anak perlu variasi menu. Suplementasi zat besi bagi ibu hamil.
Defisiensi vitamin B12, juga vitamin B11, menyebabkan anemia
megaloblastik. Defisiensi kedua vitamin ini terkait gangguan absorpsi di
usus halus, infeksi cacing, dan kanker. Defisiensi vitamin B12
sering ditemukan pada kondisi malanutrisi, pecandu alkohol, vegetarian,
remaja, ibu hamil, dan ibu menyusui. Kebutuhan vitamin B12 mudah
diperoleh lewat konsumsi protein hewani khususnya dari daging dan hati.
Sementara pemenuhan kebutuhan vitamin B11 atau asam folat mudah
diperoleh dari aneka sayuran. Asam folat mudah diabsorpsi oleh duodenum.
Sayangnya, 75 persen senyawa asam folat mengalami kerusakan lantaran
memasak sayuran dengan menggunakan banyak air (sayur bening). Tubuh
penyandang anemia defisiensi vitamin B11 mudah jatuh ke kondisi gizi
buruk lantaran mudah terserang diare, kehilangan selera makan, dan
radang lidah yang nyeri.
Menurut WHO (Badan Kesehatan Dunia) sekitar 40 persen kematian ibu
di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan, dan
perdarahan akut di antaranya karena keguguran. Sedangkan defisiensi
folat semasa kehamilan, berpotensi bayi lahir dengan cacat kongenital
spina bifida di mana tulang belakang tidak menutup sempurna. Terapi
anemia megaloblastik asam folat tergantung kepada permasalahan
penyebabnya, dan disertai suplementasi vitamin B11 terkhusus selama masa
kehamilan.
Gagal Tumbuh
Ibu hamil yang menderita anemia cenderung melahirkan bayi yang anemia
pula. Survei Bank Dunia tahun 2006 menunjukkan 70 persen bayi di
Indonesia menyandang anemia. Seperti penyebab anemia pada ibu hamil,
defisiensi zat besi dan defisiensi vitamin B12 merupakan penyebab utama
anemia pada bayi. Anemia pada bayi merupakan masalah kesehatan yang
penting, sebab terkait dengan gagal tumbuh dan mudahnya terjangkit
pneumonia dengan angka kematian yang tinggi. Seorang bayi dinyatakan
menderita anemia bila kadar hemoglobin kurang dari 11 gr/dL darah.
Selain anemia defisiensi zat besi dan vitamin B12, defisiensi
makronutrien khususnya protein, merupakan faktor sentral bagi kondisi
gagal tumbuh (failure to thrive) pada usia dini anak (usia 1-3 tahun).
Penelitian Ferly (2009) menunjukkan di Indonesia 54,5 persen bayi
berusia 6-8 bulan menyandang anemia dan terdapat korelasi antara
anemia dengan gagal tumbuh.
Secara garis besar, gagal tumbuh adalah suatu kondisi pertumbuhan
fisik, termasuk fungsi seluruh organ tubuh, yang tidak adekuat. Di
negara berkembang, gagal tumbuh merupakan keadaan yang jamak dijumpai,
tetapi tidak mudah untuk mendeteksinya. Selain belum ada prosedur
yang baku, juga variasi pertumbuhan normal yang lebar pada usia anak
mempersulit untuk menetapkan seorang anak mengalami gagal tumbuh atau
tidak.
Padahal, gagal tumbuh amat membutuhkan penemuan kasus secara dini
sehingga memungkinkan untuk dilakukan koreksi dengan terapi nutrisi.
Pasalnya, gagal tumbuh memiliki konsekuensi serius bagi hambatan
pertumbuhan dan perkembangan anak di bawah usia 3 tahun. Bukan semata
terkait dengan pertambahan berat badan (wasting) dan tinggi badan
(stunting), tetapi juga perlambatan proses perkembangan organ otak.
Implikasinya jangka panjang, anak yang gagal tumbuh umumnya memiliki
tingkat kecerdasan yang rendah.
Malanutrisi kronis protein, kalori dan mikronutrien akan menyebabkan
respons imunitas yang rendah. Efek komplikasi malanutrisi kronis pada
sistem kardiovaskular adalah anemia, ukuran jantung yang lebih kecil
(pengecilan ukuran organ jantung), dan mudah terserang gagal jantung
serta tekanan darah rendah.
Sedangkan komplikasi pada kualitas darah adalah kadar albumin,
vitamin dan mineral yang rendah. Pada sistem saraf berwujud anak yang
lemah, apatis, stupor atau koma.
Kematian pada usia anak akibat malanutrisi karena gagal ginjal
kronis, hipoglikemia, bronkopneumonia, morbili (campak), gagal jantung,
anemia berat dengan hipoksia, hipotermi, HIV/AIDS, dan malaria.
Individu malanutrisi, mudah terserang infeksi berulang bakteri gram
negatif karena fungsi imun usus yang rendah dengan gejala diare fatal
dan luka yang lambat sembuh. (11)
— F Suryadjaja, dokter di Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali.
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2013/04/24/222795/Cegah-Kematian-karena-Malanutrisi
No comments:
Post a Comment
Anda mendapatkan manfaat dari blog ini?
Tuliskan komentar anda...
Pemesanan Noni 081326277186 / 085846664000 BB: 79773B7F